Apakah kamu pernah merasa terjebak dalam kelelahan saat sedang bekerja, seperti di-ghosting motivasi sendiri?
Masalah kesehatan mental bersifat universal, entah itu stress, kelelahan, kecemasan, atau depresi. Meskipun bekerja meningkatkan kesejahteraan, tetapi lingkungan kerja yang negatif dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Tentu kamu berharap mendapat dukungan kesehatan mental saat bekerja, dan para pemberi kerja semakin menyadari bahwa menawarkan program kesehatan mental akan berdampak baik bagi karyawan dan bisnisnya.
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa individu yang sehat secara mental adalah individu yang dapat menyadari setiap potensi yang ia miliki, mampu mengelola stress yang wajar, dapat bekerja secara produktif, serta mampu berperan dalam komunitasnya.
Apa Itu di-Ghosting Motivasi?
Bagaimana, sih, rasanya di-ghosting? Ghosting bisa berdampak pada kesehatan, mental kamu dihadapkan pada kondisi merasa tidak berharga. Semangat jadi hilang, terluka, kecil hati, dan sedih. Tidak hanya itu, ghosting juga mengurangi kepercayaan diri bahkan self esteem kamu.
Mungkin kamu pernah mengalami rasanya malas ngapa-ngapain dan tidak fokus bekerja. Badan ada di depan tumpukan pekerjaan, tetapi pikiran berputar-putar tidak jelas. Bahkan mungkin bangun, berangkat kerja, makan, tidur, and repeat dengan perasaan gelisah. Rasanya tidak nyaman, hati kosong, pikiran semrawut, dan ini terjadi selama berhari-hari. Wasting time banget, kan?
Tentu ini sangat merugikan apalagi kalau sampai terbawa ke tempat kerja, tidak hanya toxic untuk diri sendiri tetapi juga pada kinerja tim. Kalau pernah mengalami hal ini, kemungkinan kamu lagi di-ghosting sama motivasi sendiri.
Setidaknya ada empat hal yang membuat kamu pada akhirnya merasa di-ghosting motivasi sendiri dalam dunia kerja. Mungkin salah satunya pernah kamu alami.
1. Jenuh Dengan Rutinitas Dan Banyaknya Beban Pekerjaan Membuatmu Lupa Terkoneksi Pada Diri Sendiri
Di tengah padatnya tuntutan pekerjaan, kebutuhan akan waktu yang terus mendesak membuatmu kadang lupa cara hidup sebagai manusia. Setiap hari, dari bangun tidur hingga malam menjelang tidur yang kamu ingat hanya pekerjaan yang belum selesai atau tugas yang menumpuk di kantor. Terkadang kamu merampas waktu yang seharusnya digunakan beristirahat atau berkumpul dengan keluarga untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan kantor.
2. Merasa Usaha Yang Dilakukan Tidak Ada Hasil Yang Signifikan Sehingga Membuat Level Semangat Berada di Bawah Garis Kemiskinan
Seringkali apa yang kamu usahakan sebaik-baiknya tidak berbuah hasil sesuai harapan, gitu-gitu aja, flat, atau bahkan gagal. Sakitnya membuatmu merasa tidak sanggup bangun lagi esok hari. Di satu titik kamu melihat orang lain dan merasa iri, sebab mereka masih begitu semangat mengejar apa pun yang diinginkan. Sedang langkahmu seperti tersisih. Kamu berhenti untuk sekadar bisa bernapas, kelimpungan memunguti kekacauan hati, dan mati-matian berusaha terlihat baik-baik saja.
3. Membandingkan Diri Sendiri Dengan Orang Lain Menurunkan Rasa Percaya Diri
Perjuangan dan pengorbananmu bukan perkara main-main. Namun seringkali kesuksesan justru datang pada mereka yang terlihat santai dalam bekerja. Kamu jadi meragukan diri sendiri, merasa kurang maksimal, kurang mampu, atau kurang tulus. Amarah yang seolah terus berputar di kepala tanpa bisa kamu cerna dengan baik.
4. Tiba-Tiba Saja Beberapa Kabar Buruk Datang Bersamaan Membuatmu Semakin Terjebak Dalam Kelelahan
Kabar buruk datang bersamaan tanpa peringatan, hingga otakmu terasa kebas dan kesulitan untuk mencerna mana yang harus lebih dulu ditangisi. Kontrakan atau cicilan KPR yang jatuh tempo, uang yang terpakai untuk kebutuhan sehari-hari, surat peringatan dari manajemen karena performa kinerja menurun, anak tiba-tiba sakit, dan satu-satunya kendaraan untuk operasional sehari-hari mendadak harus diservis.
Bagaimana kalau begini? Sesekali hidup perlu berhenti, benar-benar berhenti dari rutinitas, dan cobalah merenung. Berhenti untuk sekejap melihat diri, menikmati waktu sebagai diri sendiri tanpa terikat oleh sistem dan mesin kehidupan.
1. Percayalah sekarang bukan waktunya untuk menyerah, meski hidup berulang kali membuatmu merasa payah. Kamu merasa begitu marah dengan suguhan semesta yang seolah tidak memandang perjuanganmu, sehingga merasa sangat lelah. Terkadang hidup memang sekejam itu, bukan? Kamu masih yakin bahwa Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuan, jadi kamu tahu bahwa semua ini pasti akan bisa teratasi.
2. Menerima keadaan adalah tanda kamu sedang bergerak maju. Berani melihat kenyataan karena memang kehidupan tidak selalu sesuai keinginan, tidak semua yang kamu harapkan akan menjadi kenyataan. Dunia tidak selalu menghadirkan wajah ceria. Jika kamu sedang sibuk menerima ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan meski sudah berusaha maksimal, tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Mengakui kelemahan bukan berarti mengurangi nilai dalam diri, kok!
3. Meski berat, jalan-jalan terjal yang kamu lewati tidak berlalu begitu saja. Badai kehidupan selalu menitipkan hikmah, jika kamu cukup jeli tidak akan ada kesedihan yang sia-sia. Ada bekas yang ditinggalkan, tanda bahwa kamu sudah berhasil melaluinya dengan selamat dan lulus ujian. Satu skill problem solving-mu berhasil dikembangkan.
4. Berhentilah sejenak jika segalanya terasa begitu melelahkan, bisa dimengerti jika kamu merasa kepala dan dada begitu penuh beban. Atur napas dan tenangkan hati, sebab hidup memang tidak perlu seburu-buru itu. Tidak harus menunggu seseorang menepuk pundak, karena kamu selalu bisa menepuk pundakmu sendiri. Tidak perlu pula menyingkir, sebab kamu harus ingat untuk memulai kembali. Ambil jeda saja.
Setiap hari seseorang bangun dengan perasaan tidak dihargai, tidak dicintai, dan tidak berarti. Mereka mungkin tidak akan menceritakan perasaannya dan tetap tersenyum. Seseorang itu bisa jadi kamu atau orang terdekat. Berusahalah bersikap baik pada setiap hal, semoga segala sesuatunya akan membaik.