Kata Digital pertama kali saya dengar pada tahun 1995. Usia saya 10 tahun saat itu, kelas 5 SD dan mendapat kesempatan untuk ikut lomba Cepat Tepat Matematika tingkat Kabupaten. Hanya ada dua angka yang kita kenal dalam Konsep Digital yaitu bilangan biner angka 0 dan 1.
Kemudian saya membaca kata digital yang tertulis kecil di pojok bawah dekat tombol switch ON/OFF pada Komputer milik Guru Teater saya. Yang terfikir oleh saya, seorang gadis berusia 10 tahun tentang Digital adalah suatu istilah dengan makna pintar, canggih dan modern.
Pintar, karena sebelumnya saya mendengar istilah digital dalam pelajaran matematika, dan orang yang ahli pada bidang Ilmu Matematika adalah orang-orang yang memiliki Intellegent Quotien (IQ) yang tinggi. Kemudian kata digital tertulis di komputer, dan dimata saya komputer adalah karya dari perkembangan tekhnologi yang canggih. Dengan ditemukannya tekhnologi komputerisasi, peradaban dikatakan modern.
Seiring perkembangan jaman, umat manusia kerap kali didengungkan dengan istilah Era Digital. Hal ini ditandai dengan Kurikulum Pendidikan yang memasukkan Pelajaran Komputer sejak Sekolah Dasar. Penggunaan komputer diberbagai instansi, yang lambat laun menghilangkan fungsi mesin tik. Komputer pun dirancang agar dapat menyimpan memory dengan kapasitas yang lumayan besar. Ini sangat memudahkan efektivitas pekerjaan para pelaku kerja disemua aspek bidang pekerjaan.
Dan maraknya Sosial Media, dengan bermunculan Raksasa Internet seperti kita sebut salah satunya adalah Google, menjadikan candu para penggunanya. Betapa tidak, kehadiran raksasa internet ini mampu menghubungkan kita dengan orang-orang yang secara fisik tidak dapat kita temui, saling bertukar informasi, bertukar cerita dan mengikat tali persaudaraan diberbagai belahan dunia. Sehingga jarak dan waktu sudah tidak menjadi soal sekalipun tangan tidak dapat saling berjabat. Melalui media internet ini lah berbagai informasi dari berbagai belahan dunia bahkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dapat dengan mudah dan cepat kita peroleh. Dan kecanggihan ini menggunakan sistem komputerisasi, sistem digital.
Hari ini, siapa yang belum memiliki Hand Phone? Hampir 99% penduduk di dunia memiliki Hand Phone atau minimalnya telepon rumah. Telepon genggam ini sudah seperti kebutuhan primer setelah sembako. Hidup seseorang akan terasa kurang lengkap tanpa Hand Phone. Berbagai kalangan dari yang muda sampai dewasa, dari yang duduk dipinggir jalan sampai mereka yang duduk di kursi pejabat, semua menggenggam telepon ditangannya.
Ditambah dengan berbagai fitur Gadget yang semakin hari semakin menawan, karena dapat mempermudah aktivitas sehari-hari. Praktis dapat dibawa kemana pun bahkan tidak hanya para elite dan pebisnis yang menggunakan Gadget sebagai alat mempermudah jaringan bisnis dan efektivitas pekerjaannya. Anak remaja usia SMP pun sudah menggandrungi benda bernama Gadget ini, alasannya bermacam-macam ada yang memenuhi tuntutan karena sekolahnya mewajibkan segala bentuk tugas dikirim melalui email, sehingga untuk mempermudah mengontrol keluar masuk email mereka membutuhkan benda canggih ini. Atau pun ada yang menggunakan Gadget karena ini jamannya Gadget kalau kita tidak mengikuti perkembangan jaman, akan banyak informasi yang tertinggal. Dan Tak jarang pula Gadget hanya digunakan sebagai gaya hidup. Apa pun itu alasannya, penggunaan Gadget sejatinya harus bijaksana, sesuai dengan peruntukan dan kebutuhan.
Semua tekhnologi yang kita gunakan dan mempermudah aktivitas, menggunakan sistem komputerisasi. Dan semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Pada peralatan canggih seperti misalnya komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian perhitungan biner yang rumit. Dalam gambaran yang mudah, proses biner adalah seperti saklar pada lampu, yang memiliki 2 keadaan yaitu OFF (0) dan ON (1). Pada kondisi saklar lampu yang ditekan (tombol ON), maka lampu akan menyala dan ruangan akan tampak terang, tapi sebaliknya jika saklar lampu tidak ditekan (tombol OFF), maka lampu tidak menyala dan ruangan tampak gelap.
Hampir semua benda berbau elektronik dengan sentuhan perkembangan tekhnologi memiliki lambang Digital angka 0 dan 1, seperti misalnya pada Remote Televisi, atau tombol switch ON/OFF. Dan bahkan lambang digital sekarang sudah memenuhi setiap sudut rumah kita.
Digitalisasi menghasilkan akurasi dan kecepatan, yang pada akhirnya menghasilkan percepatan yang sangat luar biasa.
Pernahkah kita berfikir arti dari digital itu secara bijak? Dari mana asalnya makhluk bernama digital ini?
Kata Digital ditemukan dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani yang berarti jari jemari. Apabila jari jemari seseorang dihitung, maka akan berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut, terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0. Oleh karena itu digital merupakan penggambaran dari suatu kondisi yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau OFF dan ON (system bilangan biner). Dapat juga disebut dengan istilah Bit (Binary Digit).
Sebelum komputer dicipta, sistem bilangan biner telah diterangkan oleh Gottfried Wilheim Leibniz (1646-1716). Beliau melakukan banyak kemajuan penting dalam bidang sains. Ahli Filsafat dan matematika dari Jerman ini memperkenalkan pentingnya sistem biner pada para ahli matematika lain, pada tahun 1703. Sebenarnya dia tertarik pada hal ini terutama untuk membuktikan bahwa dunia diciptakan oleh Tuhan. Sistem tersebut adalah cara untuk menuliskan nomor dengan hanya menggunakan dua simbol. Karena tombol elektronik berputar hanya pada dua keadaan, akan lebih baik jika diwakilkan oleh angka dalam peralatan elektronik digital.
Logo dari digital yang biasa kita temui di barang elektronik di rumah (lihat gambar), menggunakan angka 0 dan 1. Angka 1 berada di atas dan angka 0 mengitarinya.
Mengusung nama Gottfried Wilheim Leibniz seorang ahli matematika dan filsafat, yang mengenalkan bilangan biner pada dunia dengan pertama kali diciptakannya kalkulator (1646-1716). Dan keinginannya untuk membuktikan bahwa dunia ini diciptakan Tuhan Semesta Alam. Mari kita lihat abad sebelum Masehi.
Jauh sebelum Gottfried Wilheim Leibniz mengenalkan bilangan biner. Sebelum Masehi, Al-Quran sudah lebih dulu menuliskan tentang simbol atau lambang bilangan biner angka 0 dan 1. Laa Illahaa (0) Illallah (1) yang berarti tiada Tuhan selain Allah. Tuhan yang Esa dan kepasrahan hati manusia dihadapan Tuhan.
Seperti QS Asy-Syams (91 : 1-15), apabila diibaratkan dengan tatanan galaksi, bisa planet, asteroid atau benda angkasa lainnya yang telah memiliki garis edar (0) mereka beredar mengitari orbitnya (1). Pusat orbit berada di tengah adalah sebuah nilai spiritual dan sumber energi, apabila dikiaskan, ia menjadi energi penggerak bagi seluruh planet-planet yang beredar mengelilinginya.
Bulan berputar dengan teratur mengelilingi bumi pada garis orbitnya. Begitu pula bumi dengan planet-planet lainnya. Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto berputar dengan seimbang mengelilingi Matahari. Matahari pun bersama ratusan milliar bintang lainnya bersama-sama mengelilingi pusat galaksi Bimasakti.
Begitu pula benda terkecil pada alam semesta, yakni susunan atom. Dimana di dalamnya terdiri dari elektron-elektron yang mengelilingi inti atom. Artinya mulai dari benda terbesar (makrokosmos) sampai yang terkecil (mikrokosmos), semua berada dalam mekanisme yang sama, berputar(0) dan mengorbit pada pusatnya (1).
Untuk menjawab tantangan Era Digital, manusia pun harus senantiasa bergerak dan berputar pada orbitnya. Perputaran manusia pada Kaโbah yang menciptakan ritme dan irama yang khas, sebuah tarian sunatullah. Rutinitas sehari-hari pun adalah merupakan perputaran dan pergerakan manusia, dan sejatinya sertakan Tuhan dalam setiap rutinitas kita, agar kita senantiasa bergerak dan berputar pada orbit yang benar.
Ini semua menunjukkan adanya fenomena spiritual maha dahsyat yang memiliki keteraturan sekaligus menunjukkan adanya kekuatan spiritual yang sangat besar, yang dalam kesadaran lokal manusia seperti ditafsirkan sebagai gelombang perputaran massal untuk memasuki gelombang inti gagasan penciptaan atas segala sesuatu.
Kekuatan alam tersebut begitu digdaya dan memiliki kehendak tunggal dengan menunjukkan adanya pola thawaf (berputar mengelilingi orbit). Pola perputaran thawaf ini lah yang digunakan dalam benda canggih seperti misalnya Komputer dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sebagai basis datanya. Kita mengenalnya dengan istilah Digital dengan lambang bilangan biner angka 0 dan 1.
Dan siapakah manusia Digital itu?
Dengan lahirnya Era Digital, banyak pula lahirnya manusia-manusia digital, tapi apakah semua manusia digital sudah sesuai dengan konsep digitalnya? Perputaran segala aspek kehidupan pada orbitnya, tidaklah selalu sesuai dengan porosnya, dan ini yang kita sebut sebagai benturan yang mengakibatkan bencana alam.
Dalam versi saya digital yang menggunakan bilangan biner angka 0 dan 1, berarti manusia adalah 0 dan Tuhan adalah 1. Dimana manusia tidak memiliki apa pun dan bukan siapa pun dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Angka 0 disini adalah bentuk ketaatan dan kepasrahan manusia atas segala kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Manusia wajib berusaha/berikhtiar, tapi hasil adalah hakNya.
Untuk menjawab tantangan Era Digital, dan kita selalu berputar pada orbit yang benar yaitu Tuhan Yang Maha Esa sebagai bentuk manusia digital, tentunya agar keberhasilan yang kita raih tidak menjadi penjara karena sepanjang hidup diperbudak oleh waktu. Perlu kita menelaah makna digital secara arif dan bijaksana, bukan hanya karena kemewahan semata yang selalu tampak โkeren dan gaulโ, tapi tidak memahami bagaimana memanfaatkan dan mengamalkan tekhnologi dengan benar.
Sejarah telah mencatat dengan baik Manusia Digital pilihan, yaitu Muhammad Rasulullah SAW, Isa Putra Maryam dan Sang Budha Gautama. Mereka adalah manusia yang berserah diri (0) pada Tuhan Yang Esa (1). Karena menjadi manusia digital harus dilandasi dengan karakter yang kuat, agar tidak terjadi benturan bahkan kekacauan jika berputar bukan pada pusat orbitnya. Manusia Digital adalah mereka yang bisa menyelaraskan jalannya Kecerdasan Intelektual, Emosi dan Spiritual.
Lihat komputer anda, apa yang akan terjadi jika prosesornya tidak berputar mengikuti pola thawaf?
WallahuโAlam Bishawab.
—dinilestari, 9 Maret 2014