Malam Dharma Puruhita

23 November 2005
20:00 WIB

Kita harus menghitung setiap hari yang hilang
Sampai akhirnya
Kita menari barang sekali

Malam itu disebut Malam Dharma Puruhita.
Udara seolah dicat biru, dengan langit pada kanvas hitam. Hanya awan yang bergulung-gulung putih, sebagian tercoreng kelabu. Sorotan warna warni lampu mewakili taburan bintang yang malam itu tak sempat hadir. Kota seperti tak ingin lekas terlelap, tetap bernafas. Kemudian hanya semarak yang menghias semua penjuru. Jalan-jalan seperti tahu diri, di malam yang semarak itu, telah memberikan kesempatan daun-daun hijau singgah di tepiannya. Dan saat itu lah sesuatu bergerak. Dimulai dari ujung timur Kota Jogja. Kawasan yang dipenuhi gundukan batu, dengan debu yang sekali-kali ikut memoles udara.

Malam itu disebut Malam Dharma Puruhita.
Adalah Candi Prambanan, salah satu Objek Pariwisata yang terletak sekitar 15 Km sebelah timur Kota Jogja. Dibangun pada abad ke-10 oleh penguasa Hindu Jawa Kuno, Candi yang sangat megah dihiasi dengan desain-desain yang indah. Prambanan, dengan keperkasaan Bandung Bondowoso dan kecantikan Roro Jonggrang menjadi latar sebuah panggung pertunjukan, menjadikan malam semakin hidup. Dan Prambanan, adalah saksi dimana beribu kebanggaan dari puluhan pasang mata malam itu tertumpah.

Malam itu disebut Malam Dharma Puruhita.
Sebuah malam kegembiraan. Puluhan pasang mata yang berbinar, berkata-kata tentang keceriaan dari degup jantung yang bergembira. Kedipan setiap mata seolah mengisyaratkan sebuah kejadian luar biasa. Semua menjadi hidup.

Sorak sorai seperti tak pernah berhenti ketika sang idola hadir menambah semarak malam. Sang idola yang selalu tampak di layar kaca, malam itu tanpa kaca, hadir membuat puluhan pasang mata lupa berkedip (Krisdayanti, Once, Ahmad Dhani – red).

Seperti sebuah mimpi, tapi itu lah yang terjadi. Kami berada dalam malam itu seperti seekor burung pipit kecil yang selalu merindukan berita-berita cinta, meloncat dengan loncatan-loncatan kecil diantara ranting pohon yang berdekatan, sesekali terbang sambil mengembangkan sayap, menjajal keberanian bertualang.

Ya! Kami dengan hati yang melonjak girangdan khayal yang menari-nari menghayati setiap inchi suguhan malam itu. Malam yang disebut Malam Dharma Puruhita.
Kami sebagai tamu malam itu. Untuk satu malam yang memberikan kesan begitu indah. Betapa tidak! Dari sekian banyak kawan-kawan yang tersisih, kami duduk sebagai yang terpilih. Lewat iringan Tarian Cak (di bawah pimpinan koreo Mas Djaduk Feriyanto, red) yang kami bawakan, resmi lah kami sebagai BESWAN DJARUM (Penerima Beasiswa PT. Djarum).

Kapal di pelabuhan memang aman
Tapi,
Bukan itu tujuan orang membuat kapal
(Love Of Science)

Malam yang disebut Malam Dharma Puruhita.
Sebuah malam kebanggaan, dilatar belakangi loyalitas pada pendidikan, telah mencetak sejarah baru dalam dunia pendidikan. Pendidikan. Yang bukan suatu kegiatan yang amat sangat sederhana, menjadi sekolah—melulu sekolah. Bukan pula lahir dari sebuah kebijakan yang monoton.

Malam Dharma Puruhita. Begitu lah PT. Djarum memberikan nama untuk sebuah malam yang perlu kita petik hikmahnya. Bukan sekedar kemegahan yang tampak dan bukan sekedar kebanggan semata.

Atas nama BESWAN DJARUM.
Masa depan adalah milik mereka yang berani bermimpi, karena hidup seperti bayangan kecil yang berlari melintasi lapangan dan menghilang denngan sendirinya ketika matahari terbenam.
Tatap masa depan kita
yang penuh tantangan dengan keberanian,
jangan lah ragu,
jangan lah bimbang,
singkirkanlah segala rintangan.

Malam Dharma Puruhita adalah awal perjalanan yang menjadi tolok ukur dan sebagai pencerahan bagi kami BESWAN DJARUM untuk memandang kehidupan lebih bijak.

Hidup adalah serangkaian pengalaman
Setiap pengalaman membuat kita lebih besar
Walau pun kita tidak menyadarinya.

Dan kami, para BESWAN DJARUM menyebutnya Malam Dharma Puruhita.
PT. Djarum Bakti Pendidikan
Dini – Beswan Djarum Bandung

Come Join Us!!!