Kamu Berhutang Pada Dunia Karena Bakatmu

— L A N J A R —

Seingatku saat itu usiamu sekitar 6 atau 7 tahun…persisnya aku lupa. Mamah melihat catatan buku sekolah mu penuh dengan coretan. Tapi semua itu dibiarkan. Lihat buku yang lainnya…sama…penuh dengan coretan…tetap dibiarkan…tak sedikit pun mamah ngomel sama kamu, akhirnya setelah berapa lama buku-buku catatan sekolah mu cepat habis karena lebih banyak coretannya…mamah membelikanmu buku gambar lengkap dengan crayon nya.
“kalo mau gambar di buku ini ya dek..” begitu kata mamah.

Isi tas mu yang selalu berantakan, buku-buku yang tak pernah sesuai dengan jadwal mata pelajaran hari itu (kalo ga mamah yang rapihin) membuat tas sekolah mu sangat berat dan acak kadut. Penasaran juga kenapa mamah tak bawel liat buku-buku catatan sekolah mu nyaris tak seperti buku catatan anak sekolah usia SD yang baru masuk sekolah (yeaaah TK mu tak lulus, hehehe..kamu kan selalu mogok sekolah waktu TK…katamu pelajaran anak TK sudah kamu hafal semua di rumah, kamu bosen, kamu cuma mau masuk TK kalo Bu Ayum ibu gurumu yang cantik mengajar pada hari itu…hahaha).

Aku mencoba buka buku-buku catatan sekolahmu…kenapa kamu corat-coret…hmmm…lembar demi lembar dan buku demi buku. Ya!!! Aku mengerti kenapa mamah tak bawelin kamu. Mamah memperhatikan setiap coretanmu…dia melihat kamu mampu membuat garis lurus tanpa penggaris, kamu mampu membuat lingkaran bulat penuh tanpa dibantu uang koin, coretan pensil yang samar dan bentuk lain berulang-ulang dengan bentuk dan ukuran yang sama (seperti kembar identik) dan kamu hanya menggunakan tangan dan pensilmu tanpa bantuan alat yang lain, tanpa penghapus…mungkin karena kamu tidak merasa ada yang salah dengan coretanmu itu.

Ya!!! Itu modal awal bagi orang-orang yang punya naluri menggambar.
Benar saja di lembar berikutnya…di tahun-tahun berikutnya…di buku-buku berikutnya coretan lingkaran bulat, garis lurus, arsiran samar dan kotak-kotak yang lainnya sudah berubah jadi gambar burung…hewan-hewan..gambar manusia..pemandangan…gambar mobil…de el el. Ya aku tahu sejak usia mu 3 tahun kamu sangat suka dengan miniatur kebun binatang yang mamah sama bapak belikan untukmu, kamu mengoleksi beraneka ragam hewan-hewan karet untuk kamu taruh di atas mianiatur kebun binatang mu, kamu bariskan mereka dengan rapih seolah mereka saling berinteraksi, dan kamu selalu memandangi kebun binatang hasil ciptaan mu, juga aneka macam mobil-mobilan ‘jip-jipong’ itu istilah yang kamu berikan untuk mobil ZIP ato ‘kijang kill’ istilah yang kamu berikan untuk mobil kijang…dan lain-lain. Kamu pun sangat senang mengoleksi gambar-gambar binatang dan mobil. Kamu pandangi itu satu-satu, terkadang sangat lama kamu memandanginya…entah apa yang ada dalam imajinasimu.

Kamu sangat apik dengan mainan-mainan mu meskipun usiamu saat itu baru 3 tahun, kalo teman-teman seusiamu saat itu sering membanting mainannya, membongkar mainannya, dan mainan nya jadi cepet rusak, kamu malah memandikan mainan-mainanmu, mengelapnya, membersihkannya, merapikannya setelah selesai bermain, bahkan terkadang kamu mengajak mainan-mainanmu ngobrol…hehehe…
Dan kamu tak membiarkan seorang pun menyentuh mainanmu (peliiiiiittt).

Masa remajamu aku ikut dipusingkan dengan nilai mata pelajaranmu yang katanya ‘terjun bebas’ helllooo setiap gurumu aku datangin meminta petuah dan memberikan mereka sedikit bingkisan tanda perdamaian agar adik kecil ku yang menggemaskan bisa mendapatkan perbaikan nilai. Huuufth…
Hanya guru seni rupa mu Pak Anjun yang beri kamu banyak pujian “tangan adikmu luar biasa” well yeah itu yang akhirnya membuat aku membaca buku biografi Bill Gates dan Donald Trumph… memahami sisi lain tentang nilai terbaik dari pribadi yang kita miliki.

Sederhananya pengertianku seperti ini “kenapa memaksakan mengulang-ulang nilai D untuk beberapa mata pelajaran agar menjadi A, dan tidak mengkaji nilai yang sudah A, bukan kah kesuksesan harus di ulang? Kenapa yang mendapat nilai A tidak di ulang? Sekiranya jika nilai D itu ingin menjadi lebih baik secukupnya saja, semampunya saja…dan ulang lah terus menerus nilai A yang sudah didapatkan”

Okey…

Asal nilai mata pelajaranmu bisa lebih baik, tidak harus sangat baik. Kami membiarkan kamu berekspresi di atas dinding kamarmu yang penuh dengan gambar-gambar unikmu, tidak kami hapus dengan cat meski dinding yang lain cat nya baru. Yeah kamu sangat suka sekali menggambar di dinding.

Saat ini, kamu mulai beranjak dewasa, ada beribu cinta yang kau berikan untuk kami keluargamu, betapa kami sangat merasakan lembutnya hatimu (benarlah sebuah Hadist yang mengatakan bahwa : ajarilah anak-anakmu sastra agar lembut hatinya), bungsu dan satu-satunya anak laki-laki mamah dan bapak. Satu-satunya saudara laki-laki bagi ku dan teteh.

Dan kau yang paling pengertian…yang paling bijak dan yang paling dewasa diantara kita bertiga. Usia kita terpaut jauh 7 s.d 8 tahun, tapi aku tidak pernah melihatmu bermanja, ke kanak-kanak kan, atau memaksakan kehendak mu karena menginginkan sesuatu…kamu begitu sabar. Kamu selalu mengusahakan keinginanmu dengan tanganmu sendiri dulu sebelum kamu tau ada kekurangan dan meminta bantuan pada orang lain…seperti dulu, kamu ingat waktu kecil setiap kamu ingin mainan kamu selalu menabung dulu agar bisa beli mainan, baru kalo ada kekurangan minta sama mamah. Hebat kamu dek..aku bangga padamu.

Kamu tau setiap kali kamu berceloteh di inbox sms ku…(yaaa karena kita jauh dan hanya sms yang bisa membuat kita saling bertegur sapa) aku sering kali menangis haru, bukan karena lebay karena sekarang lagi musim alay…tapi lebih karena ocehanmu menunjukan siapa dirimu…kamu yang begitu gigih mencari jati dirimu..celotehmu tentang sastra dari berbagai belahan dunia, celotehmu tentang tulisan-tulisan kuno, celotehmu tentang budaya-budaya di negeri kita, celotehmu tentang bagaimana kamu berakting di panggung teater, dan celoteh lainnya membuat aku iri tapi jadi bersemangat untuk terus belajar dan terus belajar agar tetap lebih pintar darimu…hahaha…ga mau kalah.

Dan kau tau? aku sangat bahagia. Hampir copot jantungku ketika kamu bilang :
“teh besok ade mau pamerin lukisan ade di acara kampus”
akhirnyaaaa kamu keluar juga…jiwamu harus kau keluarkan…jangan hanya kau simpan gambar-gambar mu di buku catatan sekolahmu. Ayo dek berikan jiwa dan nyawamu dalam setiap karya tanganmu, biarkan dia hidup, biarkan karya-karya mu berbicara, biarkan dunia melihat dirimu, biarkan dunia mengenalmu dalam setiap karya yang kau goreskan di kanvas-kanvas hidupmu.

Kuatlah berdiri dan teruslah berlari adikku sayang, ingat mimpi kita bertiga? Mimpi teteh, mimpi aku dan mimpi mu. Kita akan bangun sebuah Galery, Galery yang akan kita hidupkan dengan karya tangan kita. Galery yang akan mengajak semua orang menari bergembira dalam sastra dan seni lainnya. Aamiin.

Dan aku, kakak mu, sudah tidak sabar ingin mengabarkan pada dunia bahwa Adikku adalah seorang Seniman.