November Rain

November 2010

Benarlah apa yang dia bilang, hujan pun turun, besar, diringi suara geluduk dan kilatan petir yang melambai-lambai.

Ini bukan kali pertama aku berhujan-hujanan bersamanya saat pulang kerja. Tapi ini kali pertama saat hujan dan ban motor nya pecah di tengah jalan, hari sudah mulai gelap saat itu dan kami harus mendorong motor karena tidak ada perumahan di daerah tersebut, hanya ada pesawahan dan kebun-kebun tebu milik para penduduk, daerah itu adalah daerah kawasan pabrik gula PT. PG. Rajawali, pabrik gula terbesar di Cirebon tepatnya di daerah Sindang Laut, makanya disekitarnya banyak sekali kebun-kebun tebu.
Dan tidak mungkin pula kami duduk menunggu hujan sampai reda di daerah itu, kalo ada patroli lewat ntar kena kamtib dikira ababil mesum #klontang.

Kami basah kuyup, hampir 500 meter kami berjalan sambil menggiring motor dan baru menemukan tambal ban. Tambal ban milik sepasang suami istri paruh baya, mereka sangat ramah, menyuguhi kami ubi jalar dan teh manis hangat, badan kami menjadi lebih hangat. Ternyata gelapnya sore itu bukan hanya karena hari memang sudah beranjak malam tapi listrik saat itu pun ikut padam #emaaak save me.

โ€œaku akan beli mobil, biar besok kamu dan anak-anak tidak kehujananโ€
Kata-katanya terdengar samar karena tertelan suara hujan dan geluduk, namun aku masih bisa mencerna kata demi kata nya, seperti biasa aku hanya tersenyum.

Padahal tadi dia sudah bilang agar aku pulang pake mobil kantor saja
โ€œmendung, kamu gak punya rain curtโ€
Aku gak peduli biar kata mendung bergelayut dan badai akan menerpa, sore itu aku ingin cepat-cepat pulang, kalau ikut mobil kantor bisa nyampe jam 9 aku baru bisa pulang #cukup masuk akal juga sih, tapi padahal yang sebenarnya aku ingin adalah pulang bersamanya. TITIK.

Aku merajuk dengan tatapan โ€˜puppy eyesโ€™ atau โ€˜the stare of deathโ€™ ala Puss In Boots di film Shrek, aku tau dia sangat tidak bisa menolak tatapan ku yang satu itu. Selalu luluh. YES Menang. Dan YES selain benar adanya hujan besar yang akhirnya tumpah sore itu kita pun mendorong motor dengan sukses sampai kurang lebih 500 meter, gelap dan basah kuyup.

Aku tak lagi merasa seperti Puss In Boots si kucing di film Shrek, kondisi kami saat itu lebih mirip dengan artis India yang tanpa sengaja menemukan rumah kosong di atas bukit saat berkemah dan mereka terpisah dari rombongan, bernyanyi, menari, guling-guling di rumput, berputar-putar sambil ujan-ujanan #otak bollywood ku nyengir.

Kami berdua tertawa, ini kegilaan lain yang mewarnai hari-hari kami, apa pun kondisi nya saat itu tidak lantas membuat kami letih karena perjalanan menuju rumah masih sekitar 30 menit lagi dan bintang-bintang belum menunjukkan tanda-tanda akan nongkrong malam itu di langit Sindang Laut. Mungkin saat itu Tuhan sedang menciptakan suasana romantis buat kami, agar gelap dan hujan tak membuat sinar di mata kami redup, Dia selipkan tawa, canda dan keramahan pemilik tambal ban diantara gelap dan suara geluduk #Thanks God. You Rock.

Jalan itu adalah cerita kenangan kami, melewati setiap jengkal aspal dan tikungan, akan menemukan banyak cerita-cerita kami di atas roda dua, hanya berdua kami menikmati tawa, aku akan memeluknya dari belakang, dan tangan kirinya sesekali menggenggam tanganku, sambil menyanyikan lagu Manuk Dadali, yaaa lagunya sama sekali gak romantis, tapi cuma itu lagu yang dia suka dan di denger kalo aku lagi nyanyi, dan gilanya dia selalu memintaku menyanyikannya berulang-ulang, hahaha *pengen nabok diri sendiri*.

Gak peduli hujan atau pun panas, kalo udah ceritanya berdua, kamu dan aku, pokoknya berang-berang bawa berkaaatโ€ฆberangkaaattt #lope lope di udara.