Pita-Pita, Pita

Pagi ini wajah Pita terlihat murung, Mama memperhatikan sambil menyisir rambutnya sebelum berangkat sekolah.

โ€œDari tadi Mama lihat Pita enggak bersemangat, kamu sakit?โ€ Pita menggeleng.
โ€œEnggak apa-apa, Ma.โ€ Pita menjawab dengan nada yang lesu.
โ€œYa sudah kalau enggak apa-apa, setelah ini sarapan dan minum susunya.โ€
โ€œIya, Ma.โ€
โ€œMau pakai pita yang mana hari ini?โ€ tanya mama.

Pita mempunyai banyak pita rambut beraneka warna, dia menyimpannya dengan rapi di sebuah kotak berwarna merah muda. Setiap pagi, Pita akan minta tolong mama menyisir dan mengikat rambutnya dengan berbagai model ikatan. Sejak kecil mama rajin merawat rambut Pita, dibiarkannya rambut Pita yang ikal itu tumbuh panjang. Hampir tidak ada yang seperti Pita di sekolah, teman-temannya jarang ada yang mengikat rambut dengan pita.

Dipilihnya pita berwarna biru, poni yang sudah disisir rapi semakin melengkapi manis paras Pita, meski mata bulatnya pagi ini terlihat kurang bersemangat. Mama pun heran dengan sikap Pita, tapi tidak dipaksanya untuk bercerita.

โ€œSudah beres, anak Mama cantik banget. Oh, ya โ€ฆ Mama mau ke rumah Tante Marry sebentar, Pita sarapan dulu.โ€
โ€œMau apa ke rumah Tante Marry pagi-pagi begini, Ma?
โ€œItu, loh โ€ฆ kemarin Mama beli kepiting kecil dua bungkus, ternyata Tante Marry salah kasih. Satu bungkus isi kepiting, satunya lagi berisi udang. Yang udang harganya lebih mahal, karena semuanya sudah Mama masak, jadi Mama mau kasih kekurangan uangnya.โ€
โ€œBukan salah Mama, kok tetap mau kasih kekurangan uang?โ€
โ€œHarusnya Mama mengembalikan udangnya, tapi malah Mama masak, jadi Mama harus bertanggung jawab.โ€ Mama tersenyum.

Sudah dua hari Pita tidak saling bertegur sapa dengan Alina sahabatnya, tidak lagi bermain dan ke sekolah pun rasanya jadi malas. Dua hari yang lalu, selesai pelajaran olahraga Pita melihat pita rambut berwarna merah yang dipakai Alina sama persis seperti yang dipakainya hari itu. Pita meraba rambutnya, dan tidak mendapati pita merah di ikatan rambutnya. Pita langsung meminta pita merah itu pada Alina.

โ€œIni milikku, pita rambut seperti ini kan banyak di toko โ€ฆ.โ€ Alina menjelaskan.
โ€œSejak kapan kamu suka pakai pita? Lagi pula pitanya sama persis seperti yang aku pakai hari ini, tapi hilang.โ€
โ€œKamu menuduh aku? Alina tidak senang.
โ€œAneh saja, kamu kan enggak pernah pakai pita rambut.โ€

Alina mencopot pita merah di rambutnya, dan memberikan pita tersebut sambil menahan tangis, lalu berlari meninggalkan Pita. Namun, pada malam harinya saat sedang mengerjakan tugas sekolah, Pita melihat pita merahnya ada di tempat pensil. Rupanya Pita lupa, sebelum olahraga sengaja mencopot pita rambutnya dan disimpan pada tempat pensil, takut jatuh saat berlari. Tapi Pita malu mengembalikan pita rambut Alina, dia takut disalahkan.
Melihat mama yang berani mengakui kesalahan tanpa rasa malu, Pita jadi bersemangat kembali. Hatinya sudah tidak sabar ingin segera bertemu Alina, Pita akan meminta maaf dan mengembalikan pita rambut Alina.

โ€œMa, Pita juga harus bertanggungjawab dan minta maaf pada Alina.โ€ Pipi tembemnya mengembang, saat Mama pulang dari rumah Tante Mary.
โ€œKalian bertengkar?โ€

Pita menceritakan kejadian pita-pita tersebut. Mama tersenyum mendengarkan, sambil mengusap lembut kepalanya.

โ€œPita mau kasih Alina pita rambut yang kuning, boleh ya, Ma?โ€ badannya yang sedikit berisi berlari pelan menaiki anak tangga untuk mengambil pita rambut di kamarnya.
โ€œAnak mama memang jempolan!โ€ Mama menghadiahi Pita dengan kecupan.

โ€œTiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.โ€ (QS. Al-Mudatstsir : 38).

Cernak Pesan Cinta Untuk Anak Saleh, November, 2019
ISBN 978-623-7339-16-8